Menu

Mode Gelap

Advetorial · 25 Mar 2017 20:18 WIB ·

Selalu Ada Alasan Kembali ke Purwakarta


 Taman Maya Datar Purwakarta saat malam Festival Budaya Dunia pada peringatan Hari Jadi Purwakarta Perbesar

Taman Maya Datar Purwakarta saat malam Festival Budaya Dunia pada peringatan Hari Jadi Purwakarta

PURWAKARTAPOST.CO.ID-Kabupaten Purwakarta telah menjadi magnet baru masyarakat Jawa Barat, utamanya mereka wisatawan yang berniat mencari tempat wisata baru berkonsep alami dan ilmiah. Sudah hampir sepuluh tahun ini Pemerintah Kabupaten Purwakarta telah mampu menggali potensi daerahnya, sektor pariwisata paling dominan.

Pemerintah Kabupaten Purwakarta telah mampu menjaga kearifan lokal masyarakat, bahkan tidak saja menjaga melainkan mengembangkan budaya lokal. Budaya lokal masyarakat Jawa Barat yang kental dengan adat timur kesundaan yang ramah dan terbuka. Kebudayaan bahkan menjadi karakter dan kekuatan tersendiri bagi pemerintah dalam membangun Kabupaten Purwakarta.

Konsep penguatan budaya lokal sebagai upaya menjaga kekayaan masyarakat yang dipilih Pemkab Purwakarta sudah sangat baik. Bahkan bisa dikatakan Pemkab Purwakarta melalui ide gagasan Bupati Purwakarta telah mendorong perubahan cara pandang kearifan budaya. Budaya yang disajikan kemudian menjadi kekuatan pembangunan daerah dari segala penjuru arah.

Sektor pariwisata menjadi potensi tersendiri bagi kabupaten ini. Konsep wisata berbasis alam yang natural dan alami banyak ditemui di Purwakarta. Sementara konsep wisata berbasis ilmiah, pendidikan hingga kemodernan juga ditemui di Purwakarta. Keduanya telah benar-benar menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dan daerah lain untuk belajar lebih dari Purwakarta.

Berikut ini beberapa obyek wisata yang layak dikunjungi sebagai referensi wisatawan yang akan kembali mengunjungi Purwakarta. Tidak salah bila selalu ada alasan untuk kembali ke Purwakarta yang semakin Istimewa.

Taman Air Mancur Sri Baduga

Taman Air Mancur Sri Baduga

Taman air mancur Sri Baduga terletak di tengah-tengah kota Purwakarta. Taman air mancur ini disebut paling terbesar se-Asia Tenggara. Pasalnya selain memiliki luas yang besar taman air mancur ini menampilkan atraksi air mancur menari dengan ketinggian hingga lima meter lebih.

Taman ini dibuka resmi pada tahap ketiga oleh Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya bersamaan beroperasinya kembali taman air mancur Sri Baduga. Taman ini terbuka untuk masyarakat umum setiap malam Sabtu dan malam Minggu.

Setiap pengunjung dapat menikmati air mancur menari terbesar se-Asia Tenggara ini dengan cuma-Cuma. Pasalnya Pemerintah Kabupaten Purwakarta membuka secara gratis bagi pengunjung di setiap akhir pekannya.

 

Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya saat mencoba sepeda digital di Museum Diorama Bale Panyawangan membonceng Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, Jumat (6/1/2017)

Museum Digital Diorama Bale Panyawangan

Museum Digital Diorama Bale Panyawangan Tatar Sunda Purwakarta, Menteri Arief mengatakan digitalisasi arsip sejarah yang ada di museum ini membuat nyaman para pengunjung yang datang untuk menginternalisasi nilai sejarah.

Ditambah menurutnya, cara ini dapat memberikan informasi peristiwa sejarah yang lebih mendetail.

“Sangat unik, Purwakarta berani melakukan terobosan ini, bagus,” ungkap Menpar.

Situasi kepariwisataan semacam ini menurut Arief tidak bisa dilepaskan dari pengaruh kepemimpinan yang kuat dan komitmen tinggi dalam pengelolaan dan usaha memperkenalkan wilayah.

Menteri Arief yang datang membawa staff kementerian yang dia pimpin, sempat berkeliling museum dan melihat berbagai tampilan berisi peristiwa sejarah Purwakarta dan Tatar Sunda. Simulator berupa sepeda onthel pun turut dicoba Menteri Arief sambil membonceng Bupati Dedi.

“Tadi keliling Purwakarta pakai simulator sepeda onthel,” ujarnya.

 

Sejarah kerajaan Hindu-Budha turut ditampilkan dalam koleksi Museum Bale Panyawangan Nusantara. foto: Humas Pemkab Purwakarta

Museum Diorama Panyawangan Nusantara

Museum Diorama Panyawangan Nusantara telah secara resmi dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadi Muljono, di Jalan KK Singawinata, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barar.

Berada di Diorama Nusantara menampilkan potret sejarah digital yang ada di museum kedua yang dibangun dengan biaya APBD Purwakarta tersebut. Sebelumnya, Pemkab Purwakarta sukses membangun museum digital Bale Panyawangan Tatar Sunda.

“Model seperti ini saya kira harus dikembangkan juga oleh daerah lain dan saya katakan Kang Dedi berhasil mengolah daerahnya dengan sempurna, bahkan luar biasa,” ujar Menko Luhut.

Selain itu menurutnya, keberhasilan Pemkab Purwakarta dalam menjalankan pembangunan tidak terlepas dari peran Bupatinya yang memiliki visi jauh ke depan. Ia terkesan dengan keindahan tata kota dan kebersihan di kabupaten terkecil kedua di Jawa Barat tersebut.

“Kang Dedi ini punya proporsi pemikiran jauh ke depan, saya dalam perjalanan kemari, melihat tata kota yang rapi dan bersih, unik karena mengedepankan kebudayaan,” ungkapnya.

Menko Luhut pun terlihat sempat menaiki replika kereta kencana lengkap dengan layar 3D yang menampilkan seluruh ikon Nusantara mulai dari Jakarta, Aceh hingga Papua.

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi di lokasi yang sama menuturkan bahwa museum baru ini harus menjadi salah satu instrumen pendidikan sejarah bagi seluruh masyarakat, terutama pelajar.

Menurut Dedi ke depan pihaknya akan membangun diorama lain sebagai pelengkap dua diorama yang sudah ada.

“Kita ingin agar seluruh masyarakat itu senang mempelajari sejarah, terutama pelajar ya. Nanti kita lengkapi dengan Diorama Ibu, Diorama Wayang, Diorama Islam dan Diorama Keramik,” pungkasnya.

 

Desain gambar pembangunan Taman Pendidikan Anak Surawisesa yang dilengkapi teropong bintang dan taman bermain, Rencanannya taman ini akan dibangun pada bulan April 2017. foto: facebook Kang Dedi Mulyadi

Taman Pendidikan Surawisesa

Taman ini akan dihiasi tanaman, arena bermain, taman air dan teropong bintang. Gambar itu kemudian menjadi desain yang akan dibangun oleh Pemkab Purwakarta di taman tersebut.

Tidak saja itu di Taman Pendidikan Anak Surawisesa juga dilengkapi film documenter alam semesta. Seluruhnya dikhususkan untuk pendidikan anak Purwakarta. Film dokumenter alam semesta akan menambah wawasan peserta didik yang mengunjungi Taman Pendidikan Anak Surawisaesa. Tentunya dengan harapan siswa atau pelajar Purwakarta yang berkunjung ke taman ini akan mendapat wawasan tambahan.

Dilengkapi dengan teropong bintang yang nantinya siswa dapat belajar langsung dan mengamati bintang di langit. Fasilitas teropong bintang menjadi andalan Taman Pendidikan Anak Surawisesa layak dikunjungi oleh pelajar. Mereka akan belajar langsung bintang dengan menggunakan teropong bintang yang ada di dalam taman.

“Anak-anak kita harus memahami alam secara utuh,” tutur Kang Dedi sapaan akrabnya, Selasa (21/2/2017).

Taman ini sebelumnya sudah dibangun oleh Pemkab Purwakarta namun pada April tahun ini akan dilengkapi dengan sarana pendidikan anak. Awalnya taman ini tidak memiliki panggung terbuka dengan penutup khas seperti yang ada saat ini. Namun sejak akan kembali dipugar sudah disediakan penutup panggung utama yang khas dan unik.

Sebelumnya taman ini juga tidak memiliki pagar tinggi yang menjulang seperti saat ini. Dulu taman ini hanya dibatasi pagar batu dengan pagar melati sebagai khasnya. Tingginya pun tidak setinggi seperti sekarang, dulu tinggi pagarnya hanya sekitar satu meter saja tapi sekarang mencapai dua meter lebih.

Panggung utama yang berada di dalam taman akan menjadi sarana untuk pagelaran acara pendidikan dan sosial. Taman ini terletak di Jalan KK Singawinata atau berada di sebelah Taman Air Mancur Sri Baduga yang Sabtu 18 Februari 2017 telah diresmikan oleh Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Arief Yahya.

Taman ini menambah deretan taman yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta yang akan dibangun tahun ini. Beberapa taman indah yang sudah dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta sudah lebih dulu ada. Taman-taman itu seperti Taman Pembaharuan, Taman Pancawarna, Taman Pesanggrahan Padjadjaran Purwakarta, Taman Citra Resmi.

Taman-taman yang ada menambah referensi wisata kota dengan hadirnya taman-taman kota sebagai etalase wajah pembangunan Purwakarta. Semakin banyak taman yang dibangun semakin banyak warga dapat menikmati pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta. Tentuny itu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Purwakarta untuk memanjakan seluruh masyarakatnya tanpa terkecuali pelajar Purwakarta.

 

Pelajar SMKN 3 Sukatani, Purwakarta saat mendaki Gunung Parang, Jumat (30/12/2016)

Panjat Tebing Gunung Parang

Gunung Parang adalah salah satu tempat wisata alam yang ikonik dengan pendakian gunung dan panjat tebing. Tempat wisata ini cocok buat kamu yang hobi mengeksplore kekayaan alam Purwakarta saat menginjakan kaki di puncak Parang di atas ketinggian 963 mdpl. Berada di Kampung Cihuni, Kecamatan Tegalwaru Purwakarta.

 

Curug Tilu Desa Ciririp Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta

Green Canyon Sukasari

Curug Tilu. Lokasinya berada di sebrang danau Jatiluhur, tepatnya Desa Ciririp Kecamatan Sukasari.

Lokasi wisata alam ini sebenarnya sudah ditata dan dikembangkan sejak jauh hari. Namun, lebih massif dilakukan setelah akses jalan menuju kecamatan tersebut dibuka setahun terakhir oleh Pemkab Purwakarta.

Komunitas Pecinta Alam Sukasari (Komp@s) adalah kelompok pemuda yang selama ini konsen mengelola curug yang diklaim sebagai Green Canyon-nya Purwakarta. Untuk menjangkaunya, pengunjung bisa melalui jalur darat via Desa Cikaobandung, Jatiluhur atau Desa Sukamukti Kecamatan Maniis. Alternatif lainnya, via danau Jatiluhur.

“Dari jalan utama, lokasi curug tak lebih 1 kilometer,” kata Mokhamad Arifin, ketua Komp@s, Minggu (12/02/2017).

 

Sungai Jeram Cidomas

Sungai jeram dengan aliran deras di Kampung Garokgek Desa Parakan Garokgek, Kecamatan Kiarapedes telah menjadi wana wisata desa warga dan pengunjung lokal.

Sungai Cidomas sendiri berada di perbatasan Purwakarta Subang. Di pedalaman kampung dan perkebunan teh serta pala menambah asri jalur menuju sungai. Airnya hijau kebiruan nan deras dengan bebatuan besar di sepanjang tepian sungai. Pohon bambu di tepian sungai pun menambah sejuk dan segarnya air sungai.

Padahal beberapa tahun lalu tempat ini tidak seramai saat ini. Dulu sungai Cidomas hanyalah tempat mencuci pakaian warga setempat bila musim kemarau tiba. Setelah air pam masuk ke rumah warga sungai Cidomas pun mulai ditinggalkan dan lebih sebagai rekreasi anak-anak warga kampung setempat.

“Tapi setelah air pam masuk kesini, warga jadi tidak kesini lagi,” kata Eti (45) warga setempat yang juga berjualan di sekitar wana wisata Cidomas.

Sungai Cidomas baru benar-benar ramai dikunjungi setelah anak muda yang sempat kemping mengunggah foto-foto jernihnya air Cidomas ke media sosial. Seketika pula ramai menjadi perbincangan dan mulai didatangi wisatawan dari berbagai daerah.

“Sejak itulah warga di sini mulai menata kawasan ini jadi lebih rapi,” tutur Eti.

Untuk memasuki kawasan wana wisata Cidomas pengunjung tidak dipungut biaya alias gratis. Hanya saja untuk parkir kendaraan biasanya pengunjung harus membyar biaya penitipan.

“Karena baru dibuka belum ada tiket masuk. Masih gratis. Paling bayar parkir saja,” timpalnya.

Untuk sampai ke wana wisata Cidomas bagi pengunjung dari Wanayasa terus menuju Kecamatan Kiarapedes, melewati ICG (Islamic Center Garokgek), tepat dipertigaan sebelum perbatasan belok ke kiri dan mengikuti jalan desa, ada petunjuk arah untuk sampai ke Sungai Cidomas. Sementara bila dari arah Subang setelah tugu perbatasan ada pertigaan belok ke kanan dan mengikuti jalur jalan desa.

 

Pengunjung obyek wisata alam Curug Cipurut Desa Sumurugul saat menikmati air terjun. foto: dok

Curug Cipurut

Curug Cipurut berada di kaki Gunung Burangrang dan termasuk dalam Kawasan Cagar Alam Gunung Burangrang sehingga pengelolaan saat ini masih dilakukan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jabar I dengan operasional dilapangan dibantu oleh Desa Sumurugul dan Desa Wanayasa.

Kondisi curug secara umum dibagi kedalam tiga bagian yaitu curug utama yang terdapat di ujung tebing dengan tinggi ± 25 m, serta dua curug lainnya yang lebih landai yang biasanya digunakan oleh pengunjung sebagai tempat seluncur. Pada curug utama aliran air jatuh seperti tangga melewati batu-batu yang tersusun menurun ke bawah. aliran airnya tidak terlalu keras sehinga dapat dinikmati secara dekat untuk mandi atau membasuh muka.

Berjarak kurang lebih 30 km (sekitar 1 jam perjalanan) dari kota Purwakarta atau ± 3 km arah Selatan kota Wanayasa dengan kondisi jalan relatif baik akan tetapi agak sempit, kondisi ruas ini memang berkarakter dataran tinggi sehingga banyak turunan dan tanjakan serta tikungan.

Dari kota Purwakarta mengambil arah ke Wanayasa. Selanjutnya dari Wanayasa mengambil arah ke Kecamatan Bojong, sekitar 300 – 500 meter akan akan tiba di pertigaan yang menuju ke arah desa Sumurugul, ambil ke kiri dan masuk ke jalan desa Sumurugul tersebut. Kondisi jalan ini setengahnya beraspal dan setengahnya lagi jalan berbatu, sehingga disarankan anda menggunakan kendaraan MPV dan tidak dianjurkan menggunakan kendaraan sejenis sedan.

Dua orang remaja saat berswafoto dekat papan objek wisata Pasir Langlang Panyawangan di Desa Pusaka Mulya Kecamatan Kiarapedes, Purwakarta, Sabtu (4/2/2017)

Pasir Langlang Panyawangan Purwakarta

Terletak di wilayah selatan Purwakarta ini bernama Pasir (bahasa Sunda) dalam bahasa Indonesia berarti bukit, sedangkan Langlang merupakan istilah yang biasa digunakan untuk merujuk pada suasana pengembaraan.

Kawasan wana wisata yang terletak di perbukitan Desa Pusaka Mulya Kecamatan Kiarapedes ini menyajikan deretan pohon pinus lengkap dengan udara yang menyegarkan karena masih terbebas dari polusi kendaraan maupun polusi industri.

Untuk mencapai destinasi wisata yang terbilang asri ini, wisatawan dapat memulai perjalanan dari Jalan Kapten Halim Purwakarta  menuju arah Wanayasa, melewati pasar setempat hingga sampai ke Gapura Desa Pusaka Mulya, Kiarapedes. Setelah berjalan lurus dari gapura tersebut, wisatawan akan menemukan petunjuk jalan menuju kawasan Wana Wisata Pasir Langlang Panyawangan Purwakarta.

Sampai di lokasi, wisatawan akan dibuat seolah ‘nyawang’ (bahasa Sunda) atau dalam bahasa Indonesia berarti mengenang. Ya, suasana hening di wilayah tersebut mengingatkan wisatawan pada nuansa kolosal pengembaraan para pendekar pada masa kerajaan Sunda masa lalu.

Uang sebesar Rp5 ribu harus disiapkan untuk membeli tiket masuk, sementara jika wisatawan berminat untuk menikmati camping ground disana, mereka harus membayar tiket dua kali lipat atau sebesar Rp10 ribu plus Rp330 ribu untuk biaya sewa guide, tenda, sleeping bag, matras, dan satu set alat masak.

Sementara, uang sebesar Rp15 ribu harus disiapkan oleh wisatawan jika ingin menikmati hammock atau ayunan yang dibentangkan diantara dua batang pohon pinus.

Berdasarkan pantauan, para wisatawan lebih banyak terlihat berswafoto dengan latar belakang papan nama “Pasir Langlang Panyawangan Purwakarta” yang berlogo Gunung Burangrang, gunung yang dikenal menyimpan kekuatan mistis dari ‘karuhun’ (orang terdahulu) oleh masyarakat setempat.

Beberapa diantaranya terlihat berfoto dengan latar belakang hutan pinus sambil duduk di kursi kayu yang disediakan oleh Saung Gede, pengelola kawasan setempat.

Artikel ini telah dibaca 31 kali

badge-check

Editor

Baca Lainnya

Jalan Penghubung dan 4 Rumah Warga Rusak Akibat Pergerakan Tanah di Panyindangan Sukatani Purwakarta 

25 April 2024 - 19:27 WIB

Yuk Catat Meter Listrik Secara Mandiri Lewat Fitur SWACAM Di Apliksasi New PLN Mobile

25 April 2024 - 13:30 WIB

Dihari Pertama Pendaftaran PPK Untuk Pilkada 2024, KPU Purwakarta Catat 152 Orang Sudah Daftar

23 April 2024 - 20:19 WIB

PLN Operasikan SPKLU Khusus Angkot Listrik di Kota Bogor

19 April 2024 - 15:32 WIB

KPU Purwakarta Segera Buka Rekrutmen PPK dan PPS

18 April 2024 - 15:37 WIB

Cikao Park Purwakarta Diserbu Wisatawan di Libur Lebaran, Pengelola Tingkatkan Keamanan

13 April 2024 - 16:39 WIB

Trending di Purwakarta