PURWAKARTAPOST.CO.ID-Jawa Barat kini menjadi salah satu provinsi rawan bencana di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan bencana longsor di Kabupaten Sumedang dan bencana banjir yang melanda Kabupaten Garut beberapa waktu yang lalu dengan kerugian yang tidak sedikit.
Menyikapi persoalan bencana alam yang seolah sudah menjadi langganan, Selasa (11/10/2016) Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Jawa Barat menggelar diskusi di sebuah ‘saung butut’ (saung jelek) di bantaran Sungai Cimanuk Garut Jawa Barat. Diskusi yang berlangsung santai ini menghadirkan ahli vulkanologi Professor Surono atau dikenal sebagai Mbah Rono yang juga mantan Kepala Badan Geologi dan Geofisika Kementerian ESDM.
Mbah Rono dalam paparannya menjelaskan penyebab utama kerusakan alam di provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia tersebut. Dia berujar perubahan tata kelola lingkungan menjadi penyebab terbesar yang mengakibatkan kerusakan alam seperti banjir bandang yang terjadi di Garut baru-baru ini.
“Begini, kalau ada penyempitan Daerah Aliran Sungai, itu salah air, apa salah manusia?. Di Garut lebih aneh lagi, ini daerah hulu, kenapa pula bisa terjadi banjir? Boleh dilihat kerusakan lingkungan yang ada di Gunung Papandayan. Itu salah alam atau salah manusia?. Artinya ada perubahan tata kelola lingkungan yang tidak sejalan dengan alam,” papar Mbah Rono.
Mbah Rono pun sempat mempertanyakan komitmen pemerintah dalam hal melakukan tata kelola alam secara baik. Menurut dia, alam Garut tanpa dirusak pun selalu terjadi bencana alam. Apalagi kini Garut sudah mengalami kerusakan lingkungan yang tidak bisa dikatakan tidak parah.
“Tidak dirusak pun Garut ini sering longsor, apalagi ada penambangan, ada alih fungsi lahan. Telusuri saja itu Waduk Jati Gede sumber airnya dari mana? Dari Gunung Papandayan kan? Nah, sekarang Gunung Papandayan nya di rusak. Nanti mau dapat air darimana?,” tanya Mbah Rono.
Hal senada diungkapkan oleh Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi. Pria yang kini masih menjabat sebagai Bupati Purwakarta untuk periode yang kedua tersebut menegaskan bahwa hal yang harus dilakukan sebenarnya adalah merekonstruksi alam Jawa Barat secara keselurahan. Sehingga menurut dia bukan saja bencana di Garut yang harus dicarikan solusi jangka panjangnya.
“Kalau di klasifikasi. Alam Jawa Barat itu dapat kita bagi menjadi tiga, Pertama, pegunungan. Kedua, Daerah Aliran Sungai dan yang terakhir adalah pesisir. Sudah saja di pegunungan jangan lagi ditambah lahan untuk sayuran tapi kita fokuskan lahan itu untuk menanam pohon, masyarakat disana kita arahkan untuk menjadi peternak, berikan pula insentif tambahan agar mereka tidak merambah hutan. Kemudian di Daerah Aliran Sungai, kalau mau bersih jangan pake proyek sodetan segala macam, karyakan saja masyarakat adat. Saya kira lebih efektif cara mereka menjaga sungai dibanding dengan cara kita pada umumnya,” jelas Kang Dedi.
Analisis ini menurut Dedi secara formal akan diusulkan oleh Fraksi Golkar di DPRD Jawa Barat agar menjadi Peraturan Daerah atau Perda. Menurut dia ini penting untuk menjaga keseimbangan alam yang selama ini terganggu akibat alih fungsi lahan tersebut.
Dalam diskusi tersebut tampak hadir pula Ketua DPRD Kabupaten Garut Ade Ginandjar yang juga menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar setempat. Hasil diskusi pada hari ini menurut dia akan dibahas oleh Tim Internal DPRD Garut dalam mencari solusi bencana alam yang kerap melanda kabupaten yang terkenal dengan dodol ini.