PURWAKARTAPOST.CO.ID – Kontestasi Pilkada Purwakarta makin semarak dengan munculnya belasan bakal calon yang menunggu dipinang partai politik. Ada juga yang menyiapkan diri melalui jalur independen.
Diluar itu, kebanyakan masyarakat Purwakarta justu berharap muncul pelanjut Dedi Mulyadi. Bukan pengganti Dedi sebagai Bupati Purwakarta.
Penulusuran Purwakarta Post, rata-rata bakal calon memiliki kepercayaan diri yang kuat untuk bisa menjadi bupati atau pun wakil bupati yang akan datang. Tak sedikit biaya digelontorkan agar banyak orang mengenal dan simpati. Ada yang mencoba mengajak pertemuan pimpinan partai politik atau mengumpulkan massa. Bahkan ada yang mencoba memanfaatkan kedudukannya sebagai pejabat pemerintah untuk mempengaruhi para Aparatur Sipil Negara (ASN).
Terkait hal diatas, Mantan Ketua Umum dan Pendiri Perhimpunan Mahasiswa Purwakarta (Permata) di Yogyakarta, Ahmad Arif Imamulhaq menyampaikan beberapa pandangannya.
Saat ditemui disela-sela kegiatannya usai menerima Nominator Pemuda Pelopor tingkat Nasional dari Purwakarta di kantornya, Jalan Purnawarman Barat, belum lama ini, Ia mengatakan.
“Saya kira istilah idealnya bukan pengganti Bupati Dedi Mulyadi atau Wakil Bupati Dadan Koswara, melainkan penerus atau pelanjut. Kenapa demikian, karena berbagai pembangunan infrastruktur maupun suprastruktur yang dilakukan oleh Bupati Dedi Mulyadi sudah cukup mendasar. Bahkan beberapa diantaranya sudah mulai menuai hasil yang membanggakan,” ujar Kang Arif.
Arif melanjutkan, ambil contoh, Taman Air Mancur Sri Baduga yang mulai terkenal ke seantero nusantara hingga mancanegara dan taman taman lainnya. Begitu juga dengan museum yang dibangun secara digital serta sarana jalan menuju Sukasari yang sebelumnya tidak bisa dilalui.
“Maaf ya, tanpa bermaksud menilai beliau (Bupati Dedi), saya selaku bawahannya merasa surprised dengan berbagai kebijakan beliau dalam menata Purwakarta. Tentu masih banyak yang harus dikerjakan oleh pimpinan yang akan datang. Manusia tidak ada yang sempurna tokh ? Oleh karena itu, saya kira prinsipnya seperti yang sering disampaikan para ulama dan santri dalam ilmu qawaidul fiqih, yakni almuhafadhatu ‘alaa qadiimisshaalih ma’al akhdzi bil jadiil ashlah, artinya memelihara yang baik dari masa lalu sambil berupaya mencari yang lebih baik di masa kini atau masa depan,” tutur Kabid Kepemudaan yang pernah pula mengenyam pendidikan pesantren di Al Ishlah Purwakarta itu.
Kang Arif juga menanggapi santai kaitan dengan banyaknya intrik politik yang dilakukan oleh para bakal calon bupati dan wakil bupati dalam meraih simpati masyarakat.
“Saya kira semuanya masih dalam batas batas wajar. Masyarakat juga sudah cerdas kok. Mana yang terbaik akan terseleksi dengan sendirinya. Saya juga percaya, para pimpinan partai politik akan dengan bijak menentukan siapa yang akan mereka usung,” imbuhnya.
Namun demikian, tentunya ikhtiar mesti dilakukan oleh kita semua, apakah itu mahasiswa, pemuda maupun masyakarat pada umumnya untuk memastikan pemimpin yang akan datang lebih baik, minimal sama dengan Kang Dedi Mulyadi.
“Caranya bagaimana? Ya, mari kita kawal bersama pesta demokrasi ini dengan sebaik-baiknya, jangan abai jika tidak mau kecewa di kemudian hari,” ujarnya. (vid)