PURWAKARTAPOST.CO.ID-Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat yang juga Pembina Viking Purwakarta, Rustandie mengkritisi keputusan PSSI yang menjatuhkan sanksi kepada Bobotoh Persib menyusul aksi solidaritas berupa koreografi bertuliskan SAVE ROHINGYA saat Persib melawan Semen Padang di Stadion Si Jalak Harupat Bandung.
PSSI menjatuhkan sanksi karena persoalan yang tidak mendasar dan dinilai sebagai pembodohan terhadap masyarakat dalam menyuarakan nilai-nilai kemanusiaan.
Dirinya mempertanyakan sanksi berupa denda Rp50 juta atas pelanggaran karena koreografi SAVE ROHINGYA oleh Bobotoh. Padahal aksi Bobotoh bukan merupakan tindakan anarki, atau suatu tindakan melawan hukum, atau juga suatu tindakan politik seperti yang dituduhkan PSSI.
“Kita harus bercermin dengan negara-negara yang sudah lebih maju baik di bidang persepakbolaan mau pun kehidupan berdemokrasi,” tuturnya, Kamis (21/9/2017).
Dia mencontohkan, di Liga Inggris (English Premier League) sebelum berlangsungnya pertandingan, kerap digelar prosesi mengheningkan cipta yang dilakukan seluruh penonton dan para pemain kedua klub yang akan bertanding bila terjadi suatu peristiwa atau tragedi kemanusiaan di berbagai belahan bumi.
Termasuk ketika terjadi Tsunami di Aceh beberapa tahun lalu. Selain itu para suporter juga kerap membentangkan spanduk bertuliskan MENENTANG RASIALISME sebagai aksi kemanusiaan.
“PSSI seharusnya sadar dan mulai berkaca, bahwa sepakbola begitu dekat dengan persoalan kemanusiaan, sepakbola tidak mengenal perbedaan agama, ras, dan warna politik, bahkan sepakbola di Eropa dan Amerika menjadi ajang kampanye kemanusiaan untuk melawan rasialisme,” paparnya.