Menu

Mode Gelap

Nasional · 20 Agu 2018 12:11 WIB ·

Dedi Mulyadi, Istana Presiden Sangat Kultural, Mestinya Daerah Mengikuti


 Dedi Mulyadi, Istana Presiden Sangat Kultural, Mestinya Daerah Mengikuti Perbesar

PURWAKARTAPOST.CO.ID-Budayawan Jawa Barat Dedi Mulyadi angkat bicara terkait dress code upacara tujuh belasan di Istana Merdeka. Menurut dia, busana yang dikenakan Presiden Joko Widodo dan tamu undangan sangat kultural.

Hal itu ditegaskan Mantan Bupati Purwakarta itu di kediamannya. Tepatnya di Desa Sawah Kulon, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Senin (20/8/2018).

“Istana sangat kultural. Presiden Jokowi berinisiatif memasukan unsur tradisionalisme ke dalam tata upacara. Ada pakaian adat dan kereta kencana. Nah, untuk melakukan hal yang sama, protokoler di daerah harus dirombak,” katanya.

Ketua DPD Golkar Jawa Barat itu menyebut aturan untuk daerah dibuat Sekretariat Negara. Aturan itu berisi keharusan mengenakan busana PDUB untuk seluruh peserta upacara. Hematnya, aturan untuk daerah itu harus segera diubah agar dapat memasukan unsur kearifan budaya.

“Jadi, harus disamakan antara pusat dan daerah. Pusat sudah mengembangkan unsur keindonesiaan sementara daerah diatur Peraturan Menteri Sekretaris Negara. Saya kira bisa bersinergi, daerah harus mampu memasukan unsur kearifannya dalam tata upacara,” ujarnya.

Maesenas Budaya Sunda itu mengajak semua pihak merefleksi sejarah. Pakaian putih resmi yang biasa dikenakan kepala daerah merupakan warisan penjajahan Belanda. Karena itu menurut dia, penggunaannya sudah sangat tidak relevan lagi.

“Saya kira kebanggaan pemimpin di daerah itu mengenakan pakaian adat. Pakaian yang biasa digunakan untuk upacara bendera saat ini, itu warisan Belanda,” tuturnya.

Jalan Kultural Seorang Pemimpin

Menurut Dedi, pemimpin di Indonesia di berbagai tingkatan memiliki dua tugas. Pertama dia merupakan pemimpin kenegaraan. Kedua, dia merupakan pemimpin kebudayaan. Keduanya harus beriringan dan tidak berat sebelah.

“Secara kenegaraan dia bertugas melaksanakan seluruh regulasi perundangan. Secara kultural, dia bertugas menjaga dan menjadi pengamal kearifan di daerah yang dia pimpin. Tidak boleh ada sentralisme pemikiran, sentralisme pakaian dan sentralisme kebijakan,” katanya.

Dedi pun menjelaskan maksud tidak berat sebelah dalam kepemimpinan. Dalam konteks lingkungan, tidak sedikit regulasi perundangan yang bertentangan dengan nilai lingkungan. Pemimpin kultur diharuskan memiliki keberpihakan terhadap lingkungan bahkan saat regulasi membolehkan untuk melakukan eksploitasi.

“Jangan sampai hutan dihajar, gunung dihajar laut diuruk karena sekedar dibolehkan regulasi. Pemimpin kultural itu memiliki keberpihakan terhadap kearifan di daerah, termasuk soal lingkungan,” ucapnya.

Artikel ini telah dibaca 16 kali

badge-check

Editor

Baca Lainnya

Kolaborasi Jasa Tirta II dan PT Sri Pertiwi Sejati dalam Rencana Kerjasama Pengembangan Kawasan Cikarang International City

5 April 2023 - 12:08 WIB

Yili Indonesia Beri Dukungan Pada Program Konservasi Terumbu Karang di Kawasan Taman Nasional Pulau Komodo

23 November 2022 - 20:05 WIB

Gandeng Timnas Portugal, Yili Indonesia Luncurkan Joyday Champion Ball Yili Indonesia dukung sepakbola

10 November 2022 - 17:02 WIB

Aplikasi Sipindo Milik PT Ewindo Sukses Memberikan Dampak Positif Kepada Para Petani di Indonesia

9 September 2022 - 13:58 WIB

Siap-Siap Pemerintah Umumkan Bansos Pengalihan Subsidi BBM, Ini 3 Kelompok Penerima

29 Agustus 2022 - 17:23 WIB

Dewan Pers Buka Pengaduan Pemberitaan, Berikut Persyaratannya

9 Agustus 2022 - 21:52 WIB

Trending di Nasional