PURWAKARTAPOST.CO.ID – Sejak berdiri pada tahun 2013, SMAN 1 Sukasari jumlah siswa baru yang mendaftar ke sekolah tersebut tak pernah melebihi dari 80 pelajar.
Padahal jika melihat dari jumlah lulusan SMP di Kecamatan Sukasari lebih dari 200 siswa. Namun sekolah yang saat ini berganti nama menjadi SMAN 13 Purwakarta itu minim peminat.
Kepala SMAN 13 Purwakarta Ahmad Riva’i mengatakan, pada tahun ajaran 2018/2019 ini tercatat jumlah siswa baru yang mendaftar hanya sebanyak 75 orang.
“Sudah enam tahun berdiri jumlah siswa baru di sekolah kami paling banyak 80 siswa, tahun ini bahkan hanya 75 siawa,” kata Ahmad kepada awak media, Selasa (17/7/2018).
Untuk menarik siswa lebih banyak pada PPDB setiap tahunnya pun telah dilakukan, diantaranya sosialisasi ke tiap desa yang ada di Kecamatan Sukasari.
“Namun hasilnya belum maksimal. Minat lulusan SMP untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke SMA ini masih rendah,” ujarnya.
Tak adanya transportasi umum dan jarak yang jauh, sambung dia, menjadi alasan kuat lulusan SMP di Kecamatan Sukasari enggan melanjutkan sekolah ke tingkat SMA.
“Kalau anak-anak yang dekat dengan lokasi sekolah SMA ini, seperti Desa Kertamanah, banyak yang meneruskan sekolah. Namun untuk desa yang jaraknya jauh dengan sekolah, seperti Desa Ciririp, Desa Sukasari, dan Desa Parungbanteng itu banyak anak yang enggan meneruskan sekolah ke tingkat SMA,” katanya.
Bahkan, karena jarak yang jauh, lanjut dia, tak sedikit siswa-siswi harus menggunakan perahu menuju sekolah.
“Kami sediakan perahu untuk mengantar jemput mereka untuk pergi ke sekolah. Namun jumlah perahu yang kami miliki cuma satu buah dan itu harus digunakan antar jemput 35 siswa. Sedangkan daya angkut perahu cuma untuk 15 orang dalam sekali jalan. Karena keterbatasan perahu tersebut, jadi siswa-siswi yang lain terpaksa harus menunggu dulu,” ucap dja.
Salah seorang siswi kelas 3 SMAN 13 Purwakarta, Siti Nuraeni (18), mengaku, selama hampir tiga tahun dirinya menggunakan transportasi perahu untuk ke sekolah. Sebab kata dia, jika melalui jalan darat jarak yang ditempuh cukup jauh. Sehingga dia terpaksa menggunakan perahu.
Namun, menggunakan transportasi air pun bukan tanpa hambatan, dia harus rela mennunggu antrean penumpang. Mengingat perahu milik SMA hanya tersedia satu perahu.
“Kalau pake perahu yang lain ongkosnya lumayan mahal pak, bisa Rp10 ribu untuk sekali jalan saja,” ujar dia.