Menu

Mode Gelap

Opini · 12 Mei 2017 16:00 WIB ·

Menghitung Pengaruh Pilkada DKI Pada Pilgub Jabar 2018


 Menghitung Pengaruh Pilkada DKI Pada Pilgub Jabar 2018 Perbesar

Ada kalanya suatu keputusan diambil setelah menimbang dan menghitung setelah keputusan lain final. Dalam politik strategi dipengaruhi oleh tren positif sesuatu yang lain, karena hal ini berkaitan dengan pengaruh yang diterima publik sebagai pemilik suara.

Tren pembicaraan publik juga menentukan arah dalam mengambil keputusan politik. Karenannya penting sekali untuk melihat situasi politik pada waktu tertentu untuk membuat keputusan politik lainnya. Terlebih dalam momentum pesta demokrasi rakyat melalui serangkaian tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Mementum Pilkada DKI Jakarta 2017 yang akan berlangsung dekat pada 15 Februari 2017. Isu-isu terhangat yang menggiring publik dan masyarakat Indonesia pada Pilkada DKI Jakarta menguras pikiran, sehingga layak disebut Pilkada DKI menjadi barometer kekuatan politik partai dan dukungan kelompok tertentu.

Analisa sederhana tren kemenangan partai dan dukungan kelompok turut mempengaruhi cara pandang bagi masyarakat awam termasuk masyarakat Jawa Barat yang pada pertengahan tahun ini mulai memasuki tahapan persiapan Pilkada serentak 2018. Tentunya hasil kemenangan pasangan calon tertentu pada Pilkada DKI Jakarta 2017 turut mempengaruh strategi yang akan diambil dan diputuskan partai atau tokoh tertentu yang berniat mencalonkan.

Secara umum kata ‘strategis’ sendiri menurut Karl Von Clausewitz (1780-1831) mengatakan strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk memenangkan pertempuran. Definisi ini kemudian diterjemahkan tidak saja dalam perang melainkan dalam hal urusan politik perebutan kekuasaan.

Prediksi strategi yang akan diambil partai dan tokoh Jawa Barat dimulai dari kuatnya impact kemenangan partai pada Pilkada DKI Jakarta. Semakin besar kemenangan partai tertentu pada Pilkada DKI semakin kuat pengaruh dan sikap percaya diri partai dalam menyusun strategi dan keputusan partai.

Kecenderungan pada Pilgub Jabar 2018, klan politik kedekatan tokoh Jabar dengan tiga pasangan calon Gubernur DKI Jakarta urut 1. Agus-Sylvi, 2.Ahok-Djarot dan 3.Anies-Sandi mempengaruhi konstalasi jejaring koalisi lintas partai pada Pilgub Jabar 2018. Dan berikut ini kami ulas kemungkinan-kemungkinan kedekatan tokoh Jabar dengan pasangan calon Pilkada DKI Jakarta 2017.

Pertama, bila pasangan nomor urut 1 Agus-Sylvi yang diusung Partai Demokrat, PAN, PPP dan PKB menang maka tren penguatan pengaruh partai untuk berkoalisi dengan empat partai ini menguat, namun tergantung pada siapa calon yang akan diusung. Bila empat partai ini mengusung nama-nama tokoh yang masuk dalam beberapa hasil survey seperti nama Ridwan Kamil, Dedy Mizwar, Dedi Mulyadi, TB Hasanudin maka akan terbangun koalisi gemuk tentunya, karena seperti Dedi Mulyadi dan TB Hasanudin masing-masing adalah ketua partai Golkar dan Jawa Barat. Kemungkinan menang 50:50 dengan pasangan calon Gubernur Jabar pada Pilgub Jabar 2018 mendatang.

Kedua, bila pasangan nomor urut 2. Ahok-Djarot yang diusung PDIP, Partai NasDem, Partai Hanura dan Partai Golkar menang maka penguatan jejaring PDIP melalui TB Hasanudin dan tokoh lain yang mendapat restu Ketum PDIP, Megawati akan menguatan. Namun PDIP tidak akan berdiri sendiri pasalnya melihat hasil survey sementara dari INSTRAT nama TB Hasanudin belum begitu populer. Tapi kemungkinan koalisi yang paling dekat dari PDIP adalah dengan Partai Golkar mengingat kedekatan Ketum Golkar, Setya Novanto yang lebih memilih dekat dengan partai pemenang Pemilu 2014. Di Golkar sendiri ada tokoh Dedi Mulyadi Bupati Purwakarta yang juga Ketua DPD I Partai Golkar Jabar. Dan dimungkinkan bila Dedi Mulyadi-TB Hasanudin maju Pilgub Jabar 2018, koalisi empat partai pada Pilkada DKI Jakarta 2017 tetap terjaga. Analisanya, pertama Ketua Partai Hanura Jabar beberapa waktu lalu sempat ke Purwakarta dan melakukan komunikasi yang mungkin menjajaki koalisi. Partai NasDem Jabar yang dipimpin Saan Mustofa dimungkinkan berkoalisi dengan Golkar karena alasan kedekatan ke-Kahmi-an Saan dengan Dedi Mulyadi. Potensi kemenangan suara 60:40 dengan pasangan calon lain.

Ketiga, bila pasangan urut 3.Anies-Sandi yang diusung Partai Gerindra dan PKS maka dua tokoh Jabar yang belakangan memiliki tingkat elektabilitas tinggi dari survey INSTRAT yakni Ridwan Kamil dan Deddy Mizwar memiliki potensi besar dukungan banyak partai dan kelompok simpatisan dua partai ini. Ridwan Kamil yang maju Pilkada Wali Kota Bandung lewat Gerindra membuka peluang lebar diusung Gerindra dan partai lain. Tidak saja Gerindra, Ridwan Kamil bisa juga membawa gerbong PDIP setelah ketertarikan politik pimpinan PDIP kepada Ridwan Kamil. Sementara itu Deddy Mizwar memiliki jejaring kedekatan dengan mantan gubernur pada 2018 yakni, Ahmad Heryawan yang mendapat dukungan banyak dari PKS. Potensi kemenangan suara 50:50 dengan pasangan calon lain.

Keempat, alternatif lain yang juga berpotensi memenangi suara Pilgub Jabar 2018 adalah bila tokoh-tokoh yang namanya masuk dalam bursa survey kemudian mengambil nama-nama artis Jabar yang populer. Ini sangat beralasan karena sudah dua periode ini Gubernur Jabar terbilang sukses memenangi Pilkada Jabar dengan menggandeng artis seperti dalam Pilgub Jabar 2008 Ahmad Heryawan menggandeng Dede Yusuf, Pilgub Jabar 2013 Ahmad Heryawan menggandeng Deddy Mizwar. Bisa dikatakan publik Jawa Barat masih mudah menggunakan tolok ukur popularitas pasangan calon ketimbang elektabilitas pada masa-masa tertentu.

Oleh : Saefudin Sei

Artikel ini telah dibaca 11 kali

badge-check

Editor

Baca Lainnya

Kursi Empuk DPR RI dan DPRD Provinsi, Siapa Berpeluang?

7 Januari 2024 - 17:16 WIB

Sahabat Disabilitas: Diberdayakan, Bukan Dimanfaatkan

8 November 2023 - 17:58 WIB

Kyai Anwar Nasihin dan Kiprah NU untuk Kemajuan Purwakarta

3 September 2023 - 13:45 WIB

Pemilih Pemula Sudah Seperti Buih di Lautan

21 Februari 2023 - 13:05 WIB

Angka Kemiskinan Diantara Program Melanjutkan Purwakarta Istimewa

20 Februari 2023 - 16:07 WIB

Masih adakah Mahasiswa yang Dirindukan Seperti Sejarah di Buku Pergerakan?

12 Februari 2023 - 19:00 WIB

Trending di Opini