PURWAKARTAPOST.CO.ID-Bersama enam kepala daerah lain, Bupati Purwakarta, Jawa Barat Dedi Mulyadi terpilih mengisi materi diskusi pada peringatan Hari Pers Nasional 2016 di Nusa Tenggara Barat di Hotel Lombok Raya, Minggu (7/2/2016). Mengangkat tema “Bupati/Wali kota Sebagai Ujung Tombak Kebudayaan Nasional”, Bupati Dedi bicara soal perbenturan kebudayaan yang menjadi tantangan kepala daerah.
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi menyampaikan peran kepala daerah dalam membangun kebudayaan harus dimulai dari terpenuhinya pra syarat arsitektur kebudayaan. Salah satunya ialah bagaimana kepala daerah harus dapat meramu konsep kebudayaan daerah agar tidak berbenturan dengan budaya lain. Yang dimaksud berbenturan dalam hal ini ialah filterisasi kebudayaan global terhadap kebudayaan nasional berskala lokal ke daerahan. Kearifan lokal daerah sangat rentan tergeserkan melalui tren baru kebudayaan yang mudah ditemui dari teknologi informasi yang digunakan masyarakat.
“Kebudayaan barat dan timur tengah hari ini menjadi resistensi utama,” tutur Bupati Dedi.
Hal ini yang kemudian harus segera difilter oleh kepala daerah untuk membentengi kearifan budaya lokal melalui kebijakan strategis. Kebijakan yang dibuat harus menjaga nilai-nilai luhur falsafah bangsa dan menjaga identitas sosial masyarakat Indonesia yang erat dengan kekeluargaan dan gotong royong.
“Lihat saja hari ini anak-anak kita sudah tidak tertarik lagi pada pertanian, padahal negeri
ini memiliki lahan pertanian yang luas,” jelasnya.
Di Purwakarta sendiri Bupati Dedi sudah membuat bermacam kebijakan daerah yang bertujuan mengangkat kearifan lokal dan menjaganya agar tetap menjadi pedoman dalam bermasyarakat. Tatanan sosial masyarakat Indonesia yang sangat ramah dan peduli orang lain harus dijaga melalui kebijakan yang tepat menjawab tren budaya global. Misalnya saja dia mencontohkan kebijakan terbaru yang dibuatnya dalam menjaga ketahanan pangan dan gotong royong masyarakat melalui gerakan “beras perelek”.
“Laku sosial dalam kesundaan itu kan sudah jelas, silih asah, silih asih dan silih asuh, beras perelek ini refresentasi dari
nilai-nilai itu semua,” timpalnya.
Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menilai penting apa yang disampaikan Bupati Dedi. Menurutnya hal dasar dari menjaga kebudayaan adalah mendatangkan manfaat bagi masyarakat dan mempertahankan budaya bangsa.
“Jika tidak mencapai kesejahteraan, maka budaya akan ditinggalkan disinilah posisi
penting kepala daerah sebagai ujung tombak kebudayaan,” kata Bupati Azwar Anas.
Lebih tepat dia melihat memanfaatkan sistem budaya bangsa yang utuh harus menjadi kebanggaan bagi masyarakat. Sehingga perlu ditekankan bahwa budaya bangsa sama sejajar dengan budaya negara di belahan dunia manapun.
“Kami modifikasi itu kesenian Banyuwangi agar diakui oleh dunia maka output-nya warga kami menjadi bangga pada budaya lokalnya,” tutur Azwar Anas.
Bupati Wakatobi, Hugua yang turut mengisi diskusi Hari Pers Nasional 2016 juga menyampaikan peran penting budaya daerah membawa manfaat bagi masyarakat. Menjaga alam dengan budaya adalah modal untuk kesejahteraan masyarakat.
“Kami prioritaskan pengembangan kelautan karena itu potensi kami jadi kami olah sedemikian rupa,” tutur Bupati Hugua.
Focus Group Discussion yang digelar Dewan Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Indonesia ini diikuti oleh Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Bupati Wakatobi Hugua, Walikota Sawah Lunto Ali Yusuf, Bupati Banyuwangi Azwar Anas, Bupati Belu Wilhelmus Foni, Bupati Tegal Enthus Susmono, dan Walikota Tomohon Jimmy F Eman.