Menu

Mode Gelap

Purwakarta · 7 Jun 2016 13:32 WIB ·

Ramadhan dan Budaya Mudik Masyarakat Purwakarta-Cirebon


 Warga Purwakarta saat mudik tahun 2015 lalu di Stasiun Purwakarta.dok Perbesar

Warga Purwakarta saat mudik tahun 2015 lalu di Stasiun Purwakarta.dok

PURWAKARTAPOST.CO.ID-Siapa sangka jika bulan suci Ramadhan tidak memiliki keterkaitan satu sama lain dengan budaya mudik yang kian membudaya di masyarakat hal itu baik dari sudut pandang sosial, ekonomi, budaya serta hukum masyarakat Indonesia yang hari ini semakin majemuk dengan kesibukan saat Ramadhan dan silaturahmi pulang kampung tahun ini.
Bulan suci Ramadhan menjadi bulan berkah bagi masyarakat, ada banyak hikmah bulan ini yang dapat diambil oleh segenap masyarakat. Sektor-sektor penting seperti ekonomi, dapat kita tengok geliat pertumbuhan ekonomi di pasar yang kian membaik permintaan dari masyarakat akan kebutuhan barang saat menjelang lebaran pun ditandai dengan peningkatan daya beli masyarakat seperti pakaian, sembako, makanan ringan dan juga meningkatnya perolehan pajak periklanan untuk menyambut lebaran.
Surya Adhi Dharma, magsiter Perbandingan Madzhab menjelaskan tentang budaya mudik di masyarakat yang memiliki sudut pandang banyak, sehingga sektor-sektor penting di bulan Ramadhan akan menjadi awal pertumbuhan. Menurutnya, secara ekonomi ia memaparkan bahwa peningkatan permintaan di pasar memang sangat baik bagi perekonomian masyarakat, namun menurutnya hal tersebut mesti diimbangi dengan adanya kesdaran bersodaqoh kepada masyarakat yang membutuhkan sehingga konsep keadilan ekonomi tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang mustahil dapat dikerjakan. Sisi negatif adanya geliat pasar ialah hukum ekonomi yang akan berlaku yaitu, saat permintaan meningkat maka harga jual di pasaranpun akan lebih tinggi.
“Secara ekonomi sangat menguntungkan bagi pedagang pasar namun sisi negatif jika permintaan semakin meningkat maka harga akan semakin mahal,” papar mahasiswa yang kini tinggal di Purwakarta tersebut.
Jika dari segi dari sektor ekonomi sedemikian kompleknya maka dari sudut pandang sosial, akan banyak ditemukan hal positif dan negatif yang menjadi hukum alam seperti meningkatnya silaturahmi saat lebaran di masyarakat, rasa kebersamaan dan berbagi dengan yang kurang mampu saat berkunjung ke desa. Dalam filosofi Jawa disebutkan bahwa ada “dina becik” paparnya, yaitu “hari hati-hati” dimana setiap masyarakat yang merantau dari desa ke kota akan kembali lagi ke asalnya dan hal tersebut menjadi konsekuensi di saat hari lebaran.
“Sisi positfnya ialah silaturahmi, dan saling berbagi bersama keluarga dan orang-orang yang kurang mampu saat di perjalanan mudik,” imbuhnya kembali.
Namun hal itu juga menjadi salah satu penyebab meningkatnya kriminalitas baik itu adanya perampokan saat mudik, pembobolan rumah yang ditinggalkan mudik atau hal-hal lain yang sangat merugikan.
“Akan tetapi inip[un akan beriringan dengan yang namanya konsekuensi logis yaitu meningkatnya angka kriminalitas,” imbuhnya.
Adanya perpindahan tempat dari yang biasa tinggal di kota kini menuju kampung halaman membawa efek domino yaitu disisi lain akan meningkatkan perekonomian masyarakat di desa namun disisi lain ialah adanya akulturasi kebudayaan antara masyarakat kota dengan desa, tentu hal tersebut akan sangat dibedakan mana antara kebutuhan prioritas ataupun gaya hidup masyarakat kota yang ditiru oleh remaja atau bahkan orang tua di desa.
“Persentuhan budaya desa dengan budaya kota dengan adanya penerimaan dan penolakan budaya baru di nasyarakat,”tuturnya.
Dari beberpa sudut pandang tentang Ramadhan dan Budaya Mudik Masyarakat dapat tergambarkan bahwa bulan suci Ramadhan ditahun ini menjadi cerminan bagi pola tingkah laku yang biasa dilakukan saat beribadah puasa selama satu bulan penuh untuk dapat dilanjutkan di bulan-bulan selanjutnya.
Lebih lanjut lagi Surya menjelaskan tentang hikmah bulan Ramdhan yang dapat tercerminkan dari kebiasasn saat memasuki bulan Syawal dalam mengajarkan masyarakat untuk disiplin, maka hal baik tersebut tentu harus bersesuaian dengan nilai-nilai Islam dalam memanej waktu selama satu hari satu malam, begitupun jika dicermati bulan Ramadhan telah mendisplinkan kita dalam bersantap sahur yang dilaksanakan sebelum masuk waktu subuh, melaksanakan shalat subuh disaat matahari shadiq terbit, selanjutnya melaksanakan shalat dzuhur saat matahari mulai tergelincir bayangan suatu benda dari ukuran sebenarnya, shalat ashar dilaksanakan saat panjang bayangan benda melbihi ukuran sebenarnya, shalat magrib saat terbenamnya matahari ditandai dengan menyegerakan untuk berbuka puasa, saat terlihat mega merah menandakan awal waktu shlat isya. Pembagian waktu selama satu hari satu malam tersebut akan sangat terasa penuh dengan keberkahan saat dilaksanakan di bulan suci Ramadhan, karena di malam hari umat muslim menjalankan ibadah shalat tarawih yang dilakansakan setelah shalat Isya dan dilanjutkan dengan tadarusan.
“Ramadhan mengajarkan umat muslim untuk disiplin, baik itu dalam menjalankan shalat, ibadah malam hari dan juga pembayaran zakat yang sesuai dengan waktu dan ketentuannya,” katanya.
Surya juga berniat akan mudik lebaran ke Cirebon, menurutnya cerminan kedisiplinan Ramadhan juga dapat dilihat dari budaya antri di masyarakat saat membeli tiket mudik pulang kampung, jika masih saja terlihat saling berdesakan dan hanya mementingkan diri sendiri tanpa peduli terhadap orang lain maka dapat disimpulkan bahwa ibadah puasa yang telah dilakukan selama satu bulan penuh belum dapat mengajarkan masyarakat untuk menjaga diri dari hal-hal yang merugikan orang lain yumsiku anil muftirat (mencegah dari hal-hal yang membatalkan) seperti membicarakan orang lain, berdusta dan mengadu domba.
“Puasa secara bahasa ialah menahan atau membakar, yaitu menahan sesuatu yang membatalkan dan juga membakar hawa nafsu selam sehari penuh serta menjaga omongan yang dusta dan adu domba,” ujarnya.
Ramadhan dan kebersamaan dengan kaum dhuafa, menjadikan masyarakat lebih menyadari betapa rasa lapar, haus dan selalu menahan diri dari hal-hal yang mewah telah menjadi kehidupan yang biasa dijalani oleh kebanyakan fakir miskin di negeri Indonesia. Bila budaya saling berbagi dan zakat serta hidup hemat saat bulan suci Ramadhan dapat dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia maka pertumbuhan ekonomi pun akan lebih sehat dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat tanpa memunculkan stratifikasi sosial  di masyarakat antara si kaya dan miskin.
“Saat ramadhan banyak hadits menyebutkan bahwa shadaqah di bulan Ramadhan akan dilipat gandakan, zakat fitrah akan lebih dirasakan langsung oleh masyarakat,” imbuhnya.
Hikmah-hikmah lain pun akan di dapatkan setelah berpuasa selam satu bulan penuh, shalat-shalat wajib yang dilaksanakan secara berjamaah di masjid, mushala memberikan warna kebersamaan dan ukhuwah persaudaraan. Dalam shalat berjama’ah terkandung banyak nilai penting tentang peran seorang pemimpin, kebersamaan dalam kepatuhan dan keyakinan penuh terhadap apa yang sedang dijalankan secara bersam, jka dalam sebuah organisasi ada aturan bersama yang bersifat colectif colegial (keputusan bersama yang saling berpengaruh) menjadi landasan berorganisasi maka dalam shalat berjama’ah ada nilai kebersamaan dan kesuksesan atau hasil yang lebih banyak jika dilaksanakan secara berjama’ah, begitupun saat kita mudik kebersamaan dengan pribadi-prinbadi baru saat memasuki kendaraan mudik harus disadari sebagai sebuah satu kesatuan antara penumpang dengan penumpang lain, antara sopir dengan penumpang dan antara sopir dengan pengendara lain, keseluruhannya adalah sebuah sistem yang saling menjaga satu sama lain dari hal-hal yang merugikan.
“Shalat tarawih berjama’ah mengajarkan umat muslim untuk selalu berserah diri kepada Allah dan selalu bersama agar apa yang menjadi tujuan akan dapat kita raih dengan kemenangan saat mendengarkan lantunan takbir di rumah-rumah Allah,” paparnya.
Doa berbuka puasa yang biasa kita bacakan saat terdengar suara adzan Magrib akan memiliki nilai luhur sebagai penyerahan diri kepada Allah atas apa yang telah diberikan-Nya kepada hamba-hamba yang selalu bersyukur dan tawakal menjalankan ibadah baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan.
“Ya Allah hanya kepadamulah aku berpuasa, dan karena Mu lah aku beriman, dan atas rizki-Mu lah aku berbuka dengan rahmat-Mu wahai dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang,” pungkasnya.
Artikel ini telah dibaca 19 kali

badge-check

Editor

Baca Lainnya

Jalan Penghubung dan 4 Rumah Warga Rusak Akibat Pergerakan Tanah di Panyindangan Sukatani Purwakarta 

25 April 2024 - 19:27 WIB

Yuk Catat Meter Listrik Secara Mandiri Lewat Fitur SWACAM Di Apliksasi New PLN Mobile

25 April 2024 - 13:30 WIB

Dihari Pertama Pendaftaran PPK Untuk Pilkada 2024, KPU Purwakarta Catat 152 Orang Sudah Daftar

23 April 2024 - 20:19 WIB

PLN Operasikan SPKLU Khusus Angkot Listrik di Kota Bogor

19 April 2024 - 15:32 WIB

KPU Purwakarta Segera Buka Rekrutmen PPK dan PPS

18 April 2024 - 15:37 WIB

Cikao Park Purwakarta Diserbu Wisatawan di Libur Lebaran, Pengelola Tingkatkan Keamanan

13 April 2024 - 16:39 WIB

Trending di Purwakarta