Menu

Mode Gelap

Nasional · 2 Feb 2017 15:47 WIB ·

Kang Dedi Mulyadi, Jadi Jangan Konflikan NU dengan Ahok


 Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi saat berbincang dengan Ketua MUI Pusat, KH Ma'ruf Amin. foto: dok Humas Pemkab Purwakarta Perbesar

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi saat berbincang dengan Ketua MUI Pusat, KH Ma'ruf Amin. foto: dok Humas Pemkab Purwakarta

PURWAKARTAPOST.CO.ID-Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama Purwakarta mengingatkan agar kader NU tidak masuk ke dalam pusaran konflik Pilkada DKI Jakarta.

Menurut dia, keterlibatan NU dalam politik partisan hanya akan mencederai NU secara organisasi maupun secara komunitas yang saat ini sudah dikenal sebagai salah satu pilar kebangsaan di Indonesia.

“Sebagai komunitas maupun organisasi, NU harus cerdas dan tidak masuk ke dalam arus konflik politik partisan, selama ini NU sudah dikenal sebagai salah satu pilar negara dalam memperjuangkan nilai-nilai kebangsaan,” kata pria yang kerap disapa Kang Dedi tersebut hari ini Kamis (2/2/2017) saat ditemui di rumah dinasnya Jalan Gandanegara Purwakarta.

Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi saat berbincang dengan Ketua MUI Pusat, KH Ma’rif Amin bersama Rois Suriyah PCNU Purwakarta, KH Abun Bunyamin di Jakarta

Tradisi yang ditunjukan oleh tokoh Nahdhatul Ulama selama ini menurut Dedi, harus menjadi teladan bagi seluruh anak bangsa. Ia mencontohkan tradisi saling memaafkan yang ditunjukan oleh Kiai Ma’ruf Amin selaku Rais ‘Aam PBNU yang merespon permintaan maaf Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok.

“Jadi jangan konflikan NU dengan Ahok, lihat tradisi saling memaafkan yang diperlihatkan oleh Kiai Ma’ruf Amin. Ini harus menjadi pelajaran, orang NU itu pemaaf,” katanya menambahkan.

Tradisi lain yang menjadi kekhasan organisasi Islam terbesar di Indonesia ini menurut Dedi adalah sikap adab kesopanan saat bertemu muka dengan kiai. Ia menyebut sekalipun terjadi silang pendapat dengan kiai, perbedaan pendapat itu harus disampaikan dengan lemah lembut.

“Orang NU itu menghormati kiainya, menghormati para ulama, bentuk keberatan apapun atas pendapat seorang kiai, itu harus disampaikan secara lembut, ini tradisi kami di NU, jadi orang NU jangan mau digoreng diatas penggorengan orang lain, hati-hati provokasi,” ungkapnya.

Terkait cuitan pria yang selalu mengenakan iket khas Sunda tersebut malam tadi Rabu (1/2) dalam akun twitter resminya @DediMulyadi71, ia sempat mengklarifikasi bahwa cuitan tersebut hanya bersifat mengingatkan bahwa dalam tubuh NU ada tradisi yang harus ditunjukan di depan kiai.

“Di twitter itu kan saya bilang ada dua aspek yang bisa ditempuh, tradisi kultur dan yuridis. Secara kultur, Pak Ahok sudah meminta maaf dan Pak Kiai Ma’ruf sudah menerima permohonan maaf itu. Artinya, secara kultur itu sudah selesai. Nah, kalau ada hal yang secara yuridis harus diselesaikan, jangan sekali-kali dibawa ke ranah politik,” pungkasnya.(rls)

Artikel ini telah dibaca 21 kali

badge-check

Editor

Baca Lainnya

Kolaborasi Jasa Tirta II dan PT Sri Pertiwi Sejati dalam Rencana Kerjasama Pengembangan Kawasan Cikarang International City

5 April 2023 - 12:08 WIB

Yili Indonesia Beri Dukungan Pada Program Konservasi Terumbu Karang di Kawasan Taman Nasional Pulau Komodo

23 November 2022 - 20:05 WIB

Gandeng Timnas Portugal, Yili Indonesia Luncurkan Joyday Champion Ball Yili Indonesia dukung sepakbola

10 November 2022 - 17:02 WIB

Aplikasi Sipindo Milik PT Ewindo Sukses Memberikan Dampak Positif Kepada Para Petani di Indonesia

9 September 2022 - 13:58 WIB

Siap-Siap Pemerintah Umumkan Bansos Pengalihan Subsidi BBM, Ini 3 Kelompok Penerima

29 Agustus 2022 - 17:23 WIB

Dewan Pers Buka Pengaduan Pemberitaan, Berikut Persyaratannya

9 Agustus 2022 - 21:52 WIB

Trending di Nasional